bbc.com |
Entah sudah berapa kali gereja-gereja di Indonesia diserang dengan bom bunuh diri, belum lagi berbagai kasus penyegelan terhadap rumah ibadah umat Kristen yang terjadi hampir setiap tahun. Berbagai reaksi dari umat Kristen menanggapi peristiwa-peristiwa tersebut pun bergema di media sosial. Ada yang mengutuk meski sebatas komentar di media sosial dan ada pula yang mendoakan para pelaku serta dalang dibalik peristiwa tersebut agar diberi pengampunan.
Lantas, apakah umat Kristen di negeri ini hanya bisa diam menanggapi pembunuhan keji atas dasar keyakinan mereka terhadap para umat Tuhan yang tak tahu apa-apa? Jawabannya ialah umat Kristen sama sekali tak terdiam atas semua perlakuan keji tersebut. Banyak diantara umat Kristen di Indonesia yang meresponnya dengan lebih mengutamakan kasih dan berdoa bagi para pelaku dan para dalangnya agar diberi pengampunan oleh Tuhan.
Meski begitu, lantas apakah kita tidak boleh menyuarakan kemarahan karena saudara-saudara kita dilukai,dibunuh dan rumah ibadah di bom?
kompas.com |
Mungkin karena kesadaran diri sebagai kaum agama minoritas sehingga kita menilai tidak pantas untuk menyuarakan kemarahan terhadap terorisme yang mana berkedok agama mayoritas. Ini karena kita mengkotak-kotakkan diri kita sebagai agama Kristen, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu dan Islam sehingga jelaslah siapa minoritas dan mayoritas.
Namun mengapa tidak kita menilai diri kita sebagai Bangsa Indonesia? Bukankah dengan demikian kita menjadi mayoritas bersama saudara yang sebangsa? Sehingga mereka yang anti Pancasila, para teroris itulah yang menjadi minoritas. Kitalah bangsa Indonesia dengan Ideologi Pancasila. Bersama-sama, bergandengan tangan antar agama, kitalah mayoritas di masyarakat Indonesia. Tidak ada perasaan rendah diri sebagai agama yang kecil. Sehingga wajar bila sebuah agama kecil menyatakan kemarahannya ketika hak-haknya diganggu secara brutal.
Namun bentuk kemarahan seorang kristen BUKANLAH dengan melakukan aksi kekerasan balasan, mengangkat senjata dan balik melawan. Seorang Kristen dapat menyuarakannya pikirannya tentang ketidak setujuannya terhadap terorisme kepada umum seperti tulisan ini. Namun terutama seorang Kristen akan menyerahkan amarahnya kepada Tuhan sebab pembalasan adalah hak Tuhan.
Dalam kitab Roma 12:19 dikatakan "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."
Pemerintah adalah salah satu alat Tuhan untuk membalaskan perbuatan ini. Karena itu hendaklah pemerintah didukung dalam upaya untuk pemberantasan terorisme
.Dalam doa agar Tuhan membalas, haruslah tetap diingat bahwa Yesus memerintahkan untuk mengasihi musuh dan mengampuni mereka yang berbuat salah(Matius 5:44;6:12). Sehingga dalam doa itu terpancar juga permohonan agar teroris-teroris ini bertobat. Kita haruslah menyadari bahwa kita juga adalah orang berdosa yang menikmati pengampunan yang besar dari pengorbanan Isa Almasih.
Keinginan untuk melihat mereka bertobat harus lebih besar daripada keinginan melihat pembalasan yang mengerikan dari Tuhan.Jadi seorang Kristen dapat menyuarakan kemarahannya terhadap aksi bom ini namun BUKAN dengan kekerasan . Ia harus menyerahkan pembalasan kepada Tuhan. Ia mendukung upaya pemerintah untuk menghukum teroris. Ia membenci paham TERORISME tetapi ia mengharapkan para TERORIS bertobat.
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar